Teks Komersial (3)

Sudah semakin larut. Para ta'ziyah mulai sepi. Sayup-sayup masih ada bacaan yasin pada ayat-ayat terakhir. Terlihat kepulan asap mulai menggumpal di pojok gardu. Bapak-bapak sudah bersiap untuk begadang. 
Ada budaya yg sampai saat ini dipegang. Setiap ada yg meninggal, maka rumahnya tak boleh tertutup sepagi-siang-malam. Harus ada yg begadang. Katanya, 7 hari pertama sampai 40 hari, ahli kubur selalu mengunjungi rumah, melihat bagaimana keadaan yg ditinggalkan. Apakah mereka memberi hadiah fatihah atau mengabaikan. 
Aku masih sibuk membereskan buku yasin diruang tamu. Beberapa gelas dan piring juga mulai disingkirkan. Digantikan dengan cangkir dan teko yg berisi kopi. 
"Nduk, tadi siapa?" Mbak dyah menepukku. Sedikit mengagetkan memang. 
"Siapa yg mana mbak?" Tanyaku pura-pura tidak tahu. Sembari meneruskan menumpuk buku yasin di dalam lemari. 
"Yg tadi pakai peci putih. Ganteng lo orangnya" sambil cekikin sendiri dan senggol2.
"Ohh temenku mbak. Dia kebetulan lagi ke rumah saudaranya" singkat. Berlalu meninggalkan mbak dyah. Kulihat rasa tak puas dari raut wajahnya. ah biarkan saja. Masa ya kubilang pacar? Walaupun kenyataannya iya.
Tiba-tiba terlintas raut wajah wanita itu. Wanita manis dengan bibir tipis. Lalu disusul dengan raut wajahmu ketika memandangnya dan raut wajahku ketika melihat kalian berdua.
Bukan hanya sekali kudapati kalian berada di tempat yang sama. Aku pernah melihatmu membelai wajahnya. Mengusap pilu lalu mendekap erat. Sedang dia hanya terisak menelangkup dalam hangat. Kemudian kalian saling bertatap.
Ah, mengapa aku slalu disajikan dengan hal-hal semacam ini. Satu hal yg slalu membuat dadaku sesak. Memacu jantung berdetak lebih keras tapi menekan nadi untuk semakin melemah. Pasrah.


If you make she laugh, that means she likes you. If you make she cry that means she loves you. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

seperti anak kecil

Tentang Larangan

No Body but You