Mencintaimu

Komitmen untuk hidup bersama mendampingi seseorang yang akan memberi warna baru dihidup kita tentu tidak mudah. Karena warna yang diberikan tidak mungkin selalu cerah bukan?. Tapi bukan tidak mungkin, jika kita bisa menikmati meski dalam temaram. Semua itu pilihan. 

Terlahir sama-sama menjadi anak pertama dengan keras kepala yang sama dan egoisme tinggi kukira akan menjadi suatu masalah yang besar. Nyatanya kita justru sibuk mengalah satu sama lain. Terbiasa berbagi semenjak kecil menjadikan sifat penyayang kitalah yang lebih dominan. Walau tak terungkap bahkan terucap, cinta itu selalu terasa. 

Mencintai memang sebuah perjalanan. Aku tak pernah ingin menggapai ujungnya. Tak pernah ingin tahu muaranya. Kunikmati proses senang, sedih, haru, marah, kecewa dan serangkaian perasaan yang membuatnya tetap hidup. Tetap membara. Aku selalu berusaha mencintaimu dengan sabar dan sadar. Meyakini bahwa iman saja bisa naik turun. Mengimani bahwa engkau adalah milikNya. Aku tak ingin mencintaimu dengan buta. Karenanya jika tak sesuai inginku, justru aku terluka. Cinta tak pernah pamrih bukan?

Menjadi istri harus sepaket dan sepakat untuk siap jika diamanahkan Allah menjadi Ibu. Begitulah pemikiranku sebelum menikah. Oleh karenanya aku tidak pernah berencana menunda momongan. Tapi jika ditanya apakah siap tentu jawabannya tidak. Menjadi istri saja masih butuh perbaikan setiap hari.

kapan aku siap menjadi ibu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

seperti anak kecil

Tentang Larangan

No Body but You