Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

17%

Semalam. Saat letupan kembang api dan petasan yg saling bersahutan. Saling berlomba menebar pesona. Memancing setiap mata untuk melihat. Kemudian, lampion2 siap dinyalakan. Tak jauh dari tanganku kurasakan hangat api diantara udara yg tak dingin. Tak ada angin. Hanya ada sepoi dari kipas angin pembakaran ikan. Rerumputan tetap basah walau berhari2 tak hujan entah karena ludah2 atau cipratan air kolam. Malam itu, aku sengaja membungkusmu rapi. Dalam suatu tempat yg mungkin mataku tak dapat melihat atau tanganku tak dapat menjangkau. Tapi aku ingat betul dimana dia kijejerkan rapi untuk kupersiapkan. Iya, semalam ada 2 hal yg benar2 ingin kumusnahkan. Entah kubakar atau kutenggelamkan. Tapi urung. Aku ingin menyimpannya saja. Kelak akan kutemukan cara yg lebih kejam. Mungkin akan kulakukan. Biarkan. Sekarang biarkan saja. 2 hal itu akan menjelma menjadi sesuatu yg mungkin tak terduga.

Teks Komersial (3)

Sudah semakin larut. Para ta'ziyah mulai sepi. Sayup-sayup masih ada bacaan yasin pada ayat-ayat terakhir. Terlihat kepulan asap mulai menggumpal di pojok gardu. Bapak-bapak sudah bersiap untuk begadang.  Ada budaya yg sampai saat ini dipegang. Setiap ada yg meninggal, maka rumahnya tak boleh tertutup sepagi-siang-malam. Harus ada yg begadang. Katanya, 7 hari pertama sampai 40 hari, ahli kubur selalu mengunjungi rumah, melihat bagaimana keadaan yg ditinggalkan. Apakah mereka memberi hadiah fatihah atau mengabaikan.  Aku masih sibuk membereskan buku yasin diruang tamu. Beberapa gelas dan piring juga mulai disingkirkan. Digantikan dengan cangkir dan teko yg berisi kopi.  "Nduk, tadi siapa?" Mbak dyah menepukku. Sedikit mengagetkan memang.  "Siapa yg mana mbak?" Tanyaku pura-pura tidak tahu. Sembari meneruskan menumpuk buku yasin di dalam lemari.  "Yg tadi pakai peci putih. Ganteng lo orangnya" sambil cekikin sendiri dan senggol2. "Ohh t

Teks Komersial (2)

Sudah seminggu, aku sengaja bersikap dingin padamu. Mulai dari menolak ajakan2 kecil seperti makan sampai nonton atau sekedar jalan2 ke mall. Ajak aja wanita itu, pikirku. Aku masih hanyut pada perasaan marah dicampur dengan cemburu. Aku seperti menjadi orang bodoh selama ini. Terperdaya oleh rasa yg kamu bangun dan tak berdaya juga saat rasa itu tiba-tiba kau hancurkan. Karena aku baru memulai semuanya. Penerimaan, pengertian, dan semua hal yg tak kusuka darimu aku sudah mencoba menerimanya. Sore ini aku mendapat kabar duka bahwa nenekku meninggal Mendengar kabar ini ada rasa duka dan suka karena sejenak aku bisa menghilang dari hidupmu. Tanpa berkabar aku sudah dalam perjalanan terbang ke surabaya. Sore itu, bandara terlihat terang tak berawan juga tak ada tanda2 hujan. Aku sengaja mematikan handphone sejak pagi tadi. Aku terlambat pada upacara pemakaman nenek. Karena surabaya hujan, jadi nenek dimakamkan dengan segera. Beruntung, surabaya merupakan salah satu kota yg blm kita

teks komersial

Malam ini sorot lampu mobil dan motor sedikit redup tertutupi hujan. Hawa dingin sedang menyoba menyelip disela-sela kaca. Butuh kehangatan juga. Lalu daun dan tanah hanya terpaksa menengadah rintiknya. Sama denganku, hanya terpaksa untuk tak jatuh. Aku sedang tersenyum membaca pesan singkatmu yg memintaku untuk tak lupa mandi walau sedang hujan disertai dengan emot mesra seperti biasa. Ah aku sudah biasa. Membaca tulisan dari tangan kananmu. Sedang tangan kiri sedang membelai tangan wanita lain. Atau sedang saling menatap dan menyantap eskrim dalam 1 cup. Lalu tak sengaja kaki kalian saling menyenggol dan merapat. Seakan meminta untuk tak lepas karena Hawa sedang panas. Malam itu, aku tak sengaja melihatmu dengan wanita yang warna bibirnya masih kuingat sampai sekarang. Seperti lipmate wardah nomor 2. Kulihat warnanya tak lagi cerah. Mungkin sudah terhapus hujan atau terhapus oleh bibirmu. Aku hanya tersenyum dari jauh. Berharap hujan sedang membantuku menyelipkan pilu. Lalu, beberap

seperti anak kecil

Cinta itu membuat kita seperti anak kecil, yang tidak suka kalau ibunya lebih perhatian pada orang lain. Semacam cemburu jika punya adik baru. Takut kalau terabaikan. Takut kalau tiba-tiba tersingkirkan. Cinta membuat kita seperti anak kecil, yg trauma jika pernah terjatuh. Takut mengulang kesalahan. Tapi juga tidak suka disalah-salahkan. Cinta membuat kita seperti anak kecil. Tak mau diminta orang. Tak mau dipinjam lama2. Tak mau didekati orang tak dikenal. Cinta membuat kita seperti anak kecil. Menangis tanpa sebab. Tertawa tanpa alasan. Cinta membuat kita seperti anak kecil....

Tulisan

Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama dicakrawala aksara Kau hadir dengan ketiadaan Sederhana dalam ketidakmengertian Gerakmu tiada pasti Namun, ku tetap disini Mencintaimu *tulisan tak berjudul yang ditulis 4,5 tahun lalu (mungkin) **pernah alay :D ***pernah mencintai wkwk

The End

Gambar
Ini tak lagi bercerita tentang kesedihan atau sekedar berbagi kebahagiaan. Disini ucapan terimakasih untuk teman-teman yang sudah meluangkan waktu mengunjungi blog ini dan sudah menyisihkan kesempatan untuk membaca. Semoga kalian selalu berkarya dimanapun kalian berada. Terimakasih untuk teman seperjuangan di arjuna M. Fahmi yang beberapa kali sempat membaca tulisanku dan juga meninggalkan jejak komen. Terimakasih banyak. Untuk salma, eva, evi, yuta dkk adik adikku yang menjadi motivasi pertamaku untuk menulis tentang mimpi dan harapan-harapan. Terimakasih banyak. Semoga suatu saat menjelma menjadi nyata. Untuk kali ini mungkin karena bosan atau ingin berganti ranah lain. Akun ranahku akan ditutup dan postingan dihapus secara berkala karena akan reinkarnasi kepenulisan sekaligus wadahnya.  Terimakasih banyak Semoga bertemu pada ranah baru {}