No Body but You

Saat orang lain membaca agar mengingat justru aku menulis untuk tidak melupakan.

Tulisan ini tentang pengalaman bahwa apa yang kita ucapkan entah baik buruknya pasti memberikan efek entah besar atau kecil. Dulu, bahkan sangat dulu sekali aku sudah mengalami yang namanya dibully. Pembulian pertama dimulai saat SD ketika akhirussanah atau semacam wisuda TPQ, seorang laki-laki yang sewaktu itu menurutku ganteng mengatakan bahwa aku jelek dan pendek tapi untung bajunya bagus. :') Memang sepele, tapi ini yang sampai saat ini melekat pada benakku kalo aku ternyata perempuan yang tidak cantik.

Sampailah pada jenjang SMP. Setelah menstruasi ternyata tinggi badanku melejit. Dulu, aku slalu foto dibarisan depan karena pendek tapi setelah itu aku masuk pada kategori perempuan tinggi. Permasalahan baru muncul. Aku justru terlihat kurus. Jadi selain jelek akupun kurus, predikat pendek digantikan dengan predikat kurus.
Orang tuaku bukan tipe penuntut maupun penuntun. Mereka lebih membiasakanku tumbuh alami baik pemikiran maupun secara sosial. Tidak banyak mereka mengintervensi termasuk hanya selalu menanggapi "yang penting sehat" ketika aku beberapa kali mencaci diriku sendiri. Jadi, aku masih punya percaya diri. Meski kecil.

Saat dipesantren aku tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Padahal masa-masa itulah masa-masa cinta monyet. Jadi, aku semakin merasa jelek dan memang tidak menarik. Lucu memang kalau mengingatnya. Pada waktu itu, dalih yang selalu kupegang yaitu tidak mau pacaran pinginnya menjalin hubungan dengan seseorang sampai maut yang memisahkan. Jadi, aku selalu berlindung pada dalihku sendiri. Menganggap bahwa ketidaklakuanku ya karena aku yang tidak membuka hati. Padahal ya karena tidak laku. Haha :'(

Sampai saat aku kuliah pembulian itu masih terngiang. Aku bukan yang makannya banyak dan hobi nyemil dan termasuk yang susah naik berat badannya. Jadi aku merasa selagi sehat dan bahagia its oke. Tapi ternyata itu tidak oke buat mereka yang melihatku.
Lama kelamaan aku mengumpulkan apa yang setiap orang katakan padaku dan kemudian aku pun tak menyadari itu mengubahku. Menyiksaku lebih tepatnya.

Dulu aku suka memakai baju bertumpuk-tumpuk hanya karena tidak ingin terlihat terlalu kurus. Selain juga karena AC kelas terlalu dingin. Pun juga aku selalu menyisipkan celana dibalik rokku. Panas dan berat memang. Tapi aku melakukannya bersemester2. Puncak dari apa yang aku lakukan adalah ketika tugas perkuliahan.

Tepat setelah perkuliahan biostatistik karena butuh data untuk diolah maka satu kelas didata mulai dari BB, TB, IMT, lingkar lengan, lingkar perut, tekanan darah dsb. Dari sini terlihatlah, semua orang tahu bahkan akhirnya aku menyadari bahwa diriku masuk pada IMT dua paling rendah diantara teman yang lain.  Indek Massa Tubuh (IMT) ini merupakan salah satu indikator status gizi seseorang. Karena aku berada di jurusan kesehatan maka aku sangat khawatir dengan IMTku yang masuk kategori underweight dengan nilai 17 sekian. Ditambah dengan teman-teman yang menakutiku banyak hal. Tidak aku ingat memang tapi aku juga heran mengapa tak terlupakan.
Semenjak kejadian itu, berbagai riyadloh aku tempuh. Dari sinilah penyiksaan itu dimulai. Bukan hanya mental saja tapi juga finansial.

Aku mencoba mengkonsumsi susu penambah berat badan yang tentunya harganya hampir 300rb hanya sekian kali minum. Sangat menguras kantong. Susu ini tersedia di minimarket bahkan apotek. Siapapun pasti tahu. Cukup menyiksa dengan membeli susu itu untuk menaikkan berat badan. Aku juga jadi rajin lari untuk menambah massa otot. (fyi: Lari memang membakar kalori tapi dapat menambah massa otot, sedangkan yang lebih banyak membakar kalori adalah jalan cepat, jalan cepat lebih cocok untuk mereka yang ingin menguruskan badan). Tapi tidak rajin-rajin amat semenjak kejadian gintung bercerita yang ceritanya sudah kuhapus. Hehe

Liatlah efeknya. Perkataan sepele yang terucap berkali-kali itu. Karena aku selalu dianggap tidak memperbaiki diri sehingga aku ugal-ugalan dalam menyempurnakannya.

Semua tips2 kesehatan untuk menggemukkan badan sudah aku tamatkan. Sampai aku juga melakukan olahraga angkat beban. Aku yakin semua yang aku lakukan ini tanpa sepengetahuan teman-teman kosku. Karena memang aku termasuk introvert dalam hal tertentu termasuk dalam hal negatif.
Setelah menghabiskan banyak uang dan menguras mental karena tidak ada yang berhasil. Akupun menyerah. Membiarkan diriku menerima banyak sekali kritik yang 'membangun' itu. Mencoba untuk mencintai diriku. Apa adanya. Mengistirahatkan pikiran dan badan yang berkali-kali aku benci sendiri.

Lihatlah kalian, diriku begitu tersiksa. Aku sebenarnya termasuk cuek. Tidak terlalu menggubris perkataan orang. Tapi ketika perkataan yang sama disebutkan berkali-kali itulah yang membuatku kemudian berpikir. "aku seperti itu banget kah?"
Tibalah saat ini, dimana aku merasakan berat badanku masuk normal cuman masih belum terlihat ideal. Hal ini tidak lagi menggangguku. Aku sudah menyadari bahwa sudah banyak yang aku korbankan demi mencapai sesuatu yang sangat aku paksakan dan menyiksa diriku sendiri. Sehingga aku membiarkannya.

Sampai tibalah aku bekerja. Karena tuntutan pekerjaan bukan masalah penampilan. Karena pekerjaanku berhubungan dengan penyakit menular khususnya TBC maka pemantauan berat badan ini sangat cermat kulakukan. Dari sinilah mulai 2 bulan kebelakang aku kembali melakukan riyadhoh penggemukan badan. Tetapi kali ini aku memilih untuk menyisipkan cheating yang lebih banyak disela-sela makanku. Akhirnya berhasil meskipun belum mencapai targetku tapi setidaknya IMTku sekarang 20 sekian (IMT normal minimal 18,5 untuk wanita). Berat badanku pun menginjak angka 50.
Terima kasih atas body shaming yang selalu menyiksaku bertahun2 kebelakang. Karenanya aku bisa belajar untuk mencintai diriku. Merawatnya untuk menjadikannya lebih baik. Meski tetap jelek setidaknya aku sudah ideal :p.

Sekian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

seperti anak kecil

Tentang Larangan