Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Deep talk

Sendiri dan sepi adalah paket yg pas untuk bermuhasabah diri. Memetakan mana hal-hal yang masih harus diperjuangan, mana pula yang memang sudah waktunya direlakan. Beberapa hal memang tidak bisa kita atur, tak bisa kita kendalikan termasuk rasa. Umurku masih hampir 23. Beberapa teman sudah menikah bahkan sudah hampir 80% teman SDku sudah berkeluarga. Sedang diriku, berlabuh saja masih ragu-ragu. Aku menyadari bahwa aku sudah bukan anak-anak lagi. Pun juga aku masih mengelak bila ada yang mengatakan aku sudah dewasa. Beberapa orang menasehatiku untuk tak menjadi pemilih. Sedang diriku selalu bertanya-tanya, bagaimana aku memilih apabila pilihannya saja tidak ada. Aku bukan tipe yg neko-neko. Aku hanya sendiko dawuh sama perkataan orang tua. Sayangnya, sampai sekarang orang tuaku juga masih santai. Kok "sayangnya ya?" kaya sudah ngebet banget. Haha Sejujurnya kalau aku bertanya pada diriku sendiri, aku belum siap. Aku membayangkan bahwa menikah bukan hanya masalah kita berba

No Body but You

Saat orang lain membaca agar mengingat justru aku menulis untuk tidak melupakan. Tulisan ini tentang pengalaman bahwa apa yang kita ucapkan entah baik buruknya pasti memberikan efek entah besar atau kecil. Dulu, bahkan sangat dulu sekali aku sudah mengalami yang namanya dibully. Pembulian pertama dimulai saat SD ketika akhirussanah atau semacam wisuda TPQ, seorang laki-laki yang sewaktu itu menurutku ganteng mengatakan bahwa aku jelek dan pendek tapi untung bajunya bagus. :') Memang sepele, tapi ini yang sampai saat ini melekat pada benakku kalo aku ternyata perempuan yang tidak cantik. Sampailah pada jenjang SMP. Setelah menstruasi ternyata tinggi badanku melejit. Dulu, aku slalu foto dibarisan depan karena pendek tapi setelah itu aku masuk pada kategori perempuan tinggi. Permasalahan baru muncul. Aku justru terlihat kurus. Jadi selain jelek akupun kurus, predikat pendek digantikan dengan predikat kurus. Orang tuaku bukan tipe penuntut maupun penuntun. Mereka lebih membiasaka